Kamis, 15 Desember 2016

Manajemen Laba Sektor Farmasi (SoftSkill)

Nama           : Vina Wahyu Astuti
NPM           : 19213152
Kelas           : 4EA25
Materi          : Manajemen Laba Sektor Farmasi
Mata Kuliah  : Etika Bisnis (Softskill)

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN PRAKTIK GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA
(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013)
THE EFFECTS OF OWNERSHIP STRUCTURE AND CORPORATE GOVERNANCE PRACTICES
ON EARNINGS MANAGEMENT CASE STUDY IN PHARMACEUTICAL MANUFACTURING
SECTOR SUB LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE FOR YEAR 2010-2013
Nastiti Rizky Shiyammurti
S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom
rizky.nastiti03@gmail.com
Dr. ANDRY ARIFIAN RACHMAN, S.E.,M.SI.,Ak.,CA
Universitas Telkom
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh  struktur kepemilikan  dan praktik Good Corporate Governance  terhadap  manajemen laba.  Manajemen laba merupakan rekayasa pelaporan keuangan dalam batas–batas tertentu yang tidak melanggar standar pelaporan keuangan. Hal ini dilakukan oleh manajemen dengan memanfaatkan wewenangnya dalam memilih metode akuntansi yang diizinkan oleh standar. Manajer memiliki fleksibilitas dalam memilih metode maupun kebijakan akuntansi dari berbagai alternative metode dan kebijakan yang ada. Manajemen banyak memanfaatkan standar pelaporan keuangan dengan cara menerapkan standar yang dipercepat pengadopsiannya.Populasi penelitian ini adalah  Perusahaan Farmasi  yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.  Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan  purposive  sampling.  Data yang diolah adalah data  sekunder  melalui survey menggunakan  laporan keuangan dan  Annual Report  perusahaan farmasi  yang kemudian dianalisis dengan menggunakan  data panel  untuk mendeskripsikan data, serta  uji  Lagrange Multiplier  untuk menguji hipotesis yang diajukan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel  struktur kepemilikan  dan  praktik  Good Corporate Governance  tidak  berpengaruh signifikan terhadap  manajemen laba. Secara parsial, variabel  strukturm kepemilikan dan  praktik Good Corporate Governance tidak memiliki pengaruh signifikan manajemen laba.
Kata kunci : Struktur Kepemilikan, Komposisi Dewan Komisaris, Komite Audit, Kualitas Audit.

Abstract
The objectives of this research was to determine the influence of  the structure of  ownership  and  good corporate governance  practices  to earnings management.  Earnings management is  engineered  financial reporting  within  certain limits  that  not  violate  the standards  of financial  reporting. This is done  by management to utilize  its authority  in choosing  accounting methods  permitted  by the standard.  Managers  have the flexibility in choosing the method and the accounting policies of the various alternative methods and policies. Management utilizes many financial reporting standards by implementing an accelerated adoption. The population in this research was listed pharmaceutical company  in Indonesia Stock Exchange. Sampling techniques  in this study  using  purposive  sampling.  The processed data is  secondary data  through  surveys  using financial statements  and  Annual  Report  pharmaceutical company  which  was then analyzed using  panel data  to describe the data, as well as the Lagrange multiplier test to test the hypothesis proposed. The results of this research indicate that  simultaneously  the ownership structure  and  practices of  good corporate governance  has no significant effect  on earnings management.  Partially,  the ownership structure  and practices of good corporate governance has no significant effect of earnings management.
Keywords  :  Ownership  Structure,  Composition  of the Board  of Commissioners,  Audit Committee,  QualityAudit.
PENDAHULUAN
Industri manufaktur merupakan suatu industri yang memiliki pengaruh bagi perekonomian indonesia. Besarnya pengaruh industri manufaktur terhadap perekonomian nasional dapat  dilihat dari besarnya porsi industri manufaktur di dalam indeks Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014.  Perusahaan manufaktur yang telah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dipilih sebagai objek penelitian selama periode tahun 2010 -2013 karena telah mencerminkan nilai yang signifikan terhadap perkembangan investasi di indonesia. Dari 8 emiten farmasi di BEI, hanya 3 saham yg aktif diperdagangkan yaitu: PT Kalbe FarmaTbk (KLBF), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Indofarma Tbk (INAF). Sedangkan 5 saham  farmasi lainnya selama ini cenderung tidur, seperti : Darya Varia Laboratoria Tbk (DVLA), PT Merck Tbk (MERK), PT  Pyridam Farma Tbk (PYFA), PT Schering Plough Indonesia Tbk (SCPI), dan  PT Tempo Scan Pacific (TSPC). Perusahaan manufaktur sub sektor  farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dipilih untuk dasar penelitian karena berdasarkan fenomena yang terjadi berkaitan dengan perusahaan manufaktur sub sector farmasi, seperti salah satu kasus PT. Kimia Farma Tbk yang terlibat dalam pelapor an keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Boediono, 2005). Berikut daftar 10 perusahaanmmanufaktur sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa





Efek Indonesia.
Tabel 1.1
Daftar Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia
No  Kode Saham  Nama Emiten  Tanggal IPO
1  DVLA  PT. Darya Varia Laboratoria  11-11-1994
2  INAF  PT. Indofarma (Persero) Tbk.  17-04-2001
3  KAEF  PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.  04-07-2001
4  KLBF  PT. Kalbe Farma  30-07-1991
5  MERK  PT. Merck Tbk.  23-07-1981
6  PYFA  PT. Pyridam Farma Tbk.  16-10-2001
7  SCPI  PT. Schering Plough Indonesia Tbk.  07-10-2010
8  SIDO  PT. Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul
Tbk.
18-12-2013
9  SQBB  PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.  29-03-1983
10  TSPC  PT. Tempo Scan Pasific Tbk.  17-01-1994
Sumber : www.idx.co.id , 2014
Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama para manajer untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012), tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Kinerja manajemen perusahaan tercermin pada laba yang terkandung dalam laporan laba rugi. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No 1, informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir  earnings power  perusahaan di masa yang akan datang. Informasi laba ini sering menjadi target rekayasa tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasaannya. Tindakan  earnings management  telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, WorldCom, dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett  et al.,2006) dalam Murhadi (2009). Beberapa kasus juga terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Boediono, 2005). Tindakan manajemen laba tersebut dapat diminimalisasi mel alui suatu mekanisme  monitoring  yang bertujuan untuk menyelaraskan (alignment) berbagai kepentingan yang disebut corporate governance. Corporate governance  merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau  monitoring  kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap  stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Menurut Barnhart dan Rosenstein (1998) dalam Boediono (2005), mekanisme  corporate governance  meliputi mekanisme internal, seperti adanya struktur dewan direksi, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif, dan mekanisme eksternal, seperti pasar untuk control perusahaan, kepemilikan institusional dan tingkat pendanaan dengan hutang (debt financing). Sedangkan menurut Veronica  dan Bachtiar (2004), beberapa mekanisme  corporate governance  antara lain diwujudkan dengan adanya dewan direksi, komite audit, kualitas audit, dan kepemilikan institusional. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka peneliti tetarik untuk meneliti  pengaruh  struktur kepemilikan  dan praktik Good Corporate Governance  terhadap  manajemen laba. Untuk itu penelitian ini diberi judul:  “Pengaruh  Struktur Kepemilikan  dan  Praktik  Good Corporate Governance  terhadap  Manajemen Laba”.
TINJAUAN PUSTAKA
1.  Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan suatu kemampuan untuk  mengubah laporan keuangan, kondisi kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil-hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan (Belkaoui, 2006: 75).
2.  Corporate Governance
Corporate governance  merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau  monitoring  kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap  stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan.  Menurut Veronica dan Bachtiar (2004), beberapa mekanisme corporate governance  antara lain diwujudkan dengan adanya dewan direksi, komite audit, kualitas audit,kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial.  Kepemilikan manjerial adalah kepemilikan  saham oleh pihak manajemen perusahaan. Kepemilikan saham manajerial dapat mensejajarkan antara kepentingan pemegang saham dengan manajer sedangka kepemilikan institusional  merupakan kepemilikan saham oleh pihak institusi lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain.
3.  Anggota Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang memiliki tanggung jawab dan kewenangan penuh atas pengurusan perusahaan. Fungsi dewan komisaris termasuk di dalamnya komisaris independen antara lain; melakukan pengawasan terhadap direksi dalam pencapaian tujuan perusahaan dan memberhentikan direksi untuk sementara bila diperlukan (Warsono et al., 2009).
4.  Komite Audit
Komite Audit merupakan komite yang dibentuk  untuk membantu komisaris dan direktur individu dalam melaksanakan tugasnya berkaitan dengan pengendalian internal, pelaporan informasi keuangan, dan standar perilaku dalam perusahaan.


5.  Kualitas Audit
Kualitas Audit dalam perusahaan dilihat dari KAP yang mengaudit perusahaan tersebut. Kualitas audit diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu angka 1 untuk KAP  Big Four  dan angka 0 untuk KAP  Non Big Four. Adapun tujuan dalam penelitian ini sesuai latar belakang dan rumusan masalah adalah untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan, komposisi anggota dewan komisaris, komite audit, dan kualitas audit terhadap manajemen laba. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam memahami struktur kepemilikan dan praktik Good Corporate Governance dalam perusahaan.
KERANGKA PEMIKIRAN
Struktur Kepemilikan dan Manajemen Laba Persentase saham tertentu  yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan  yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak  manajemen. Menurut Ujiyantho dan pramuka (2007),  kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap manajemen laba. Komposisi Anggota Dewan Komisaris dan Manajemen Laba Menurut Murhadi (2009),  Keberadaan Komisaris Independen diharapkan akan dapat lebih efektif dalam melakukan pengawasan kepada pihak manajemen, sehingga diharapkan dapat mengurangi praktik  earning management.  Dari penilitian tersebut dapat disimpulkan bahwa komisaris independent berhubungan negative terhadap praktik earning management. Komite Audit dan Manajemen Laba Dalam penelitian Murhadi (2009),  Perusahaan yang memiliki komite audit akan menghambat perilaku earnings management oleh pihak manajemen. Keberadaan komite audit diharapkan dapat menemukan sejak dini praktik-praktik yang bertentangan dengan asas keterbukaan informasi, sehingga diharapkan dapat mengurangi praktik  earning management. Oleh karena itu, komite audit berhubungan negatif terhadap praktik  earning management. Kualitas Audit dan Manajemen Laba Sanjaya (2008) menyatakan bahwa auditor  Big Four  adalah auditor yang memiliki keahlian dan memiliki reputasi yang tinggi dibanding auditor  Non Big Four, sehingga KAP  Big Four  yang memiliki kualitas auditor yang tinggi di mata masyarakat dapat mencegah manajemen laba. Dari penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kualitas auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran
Keterangan:
= Uji Parsial
= Uji Simultan
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka penelitian ini
memiliki hipotesis sebagai berikut :
H1  :  Struktur kepemilikan dan praktik  Good Corporate Governance  berpengaruh
terhadap manajemen laba secara simultan.
H2  :  Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap manajemen laba secara parsial.
H3  :  Komposisi anggota dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba
secara parsial.
H4  :  Keberadaan komite audit berpengaruh  terhadap manajemen laba secara
parsial.
H5  :  Kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba secara parsial.
POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dalam penelitian ini adalah  perusahaan manufaktur sektor farmasi yang terdaftar dalam Bursa Efek
Indonesia periode 2010-2013.  Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel
purposive sampling  yaitu penentuan sampel dengan target atau pertimbangan tertentu (Sekaran,2000).
VARIABEL OPERASIONAL
Variabel Independen
Variabel  independen menurut Sugiyono (2012:39), merupakan  variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).   Variabel independen dalam penelitian adalah struktur kepemilikan (X1) dan praktik Good Corporate Governance (X2). Praktik Good Corporate Governance (X2):
(X2):
Struktur Kepemilikan
(X1)
Komposisi Anggota
Dewan Komisaris
Komite Audit
Kualitas Audit
Manajemen Laba (Y) Variabel Dependen Variabel dependen adalah  variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012:40). Variabel dependen pada penelitian ini adalah manajemen laba (Y).
TEKNIK ANALISIS DATA
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier  berganda. Menurut Sunyoto  (2011: 9),  jika pengukuran pengaruh antar variabel melibatkan lebih dari satu variabel independen (X 1, X2, X3, X4, …, Xn) dinamakan analisis regresi linier  berganda, dikatakan linier karena setiap estimasi atas nilai yang diharapkan mengalami peningkatan atau penurunan  mengikuti garis lurus.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan model regresi data panel yang memiliki tiga macam model yaitu model  common effect, fixed effect, dan random effect. Untuk mengetahui model manakah yang paling sesuai dalam penelitian ini maka akan dilakukan pengujian yaitu uji Lagrange Multiplier untuk menentukan model manakah yang akan digunakan antara common effect atau random effect.
1.  Model Common Effect
Model ini menggabungkan data  cross section  dan  time series  tanpa melihat perbedaan waktu maupun
individu atau perusahaan. Tabel berikut menunjukkan hasil perhitungan model  common effect:
Tabel 4.6
Model Common Effect
Sumber: Eviews (diolah), 2014
Berdasarkan Tabel 4.6  di  atas dapat dilihat bahwa variabel independen  struktur kepemilikan yang
diukur dengan kepemilikan manajerial  (KPMJ),  komposisi anggota dewan komisaris (KOMI),  komite
audit (K_AUD) dan kualitas audit (KU_AUD)  mampu menjelaskan variasi  manajemen  laba
(MNJ_LB) sebesar  17,39%. Namun hasil uji  common effect  ini masih membutuhkan pengujian lebih
lanjut untuk menentukan model manakah yang terbaik yaitu uji model  fixed effect dan random effect.
Dependent Variable: MNJ_LB?
Method: Pooled Least Squares
Date: 10/05/14 Time: 16:40
Sample: 2010 2013
Included observations: 4
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 32
Variable  Coefficient  Std. Error  t-Statistic  Prob.
C  0.008809  0.016755  0.525731  0.6034
KPMJ?  -0.022033  0.022202  -0.992388  0.3298
KOMI?  0.031669  0.031921  0.992110  0.3300
K_AUD?  -0.062709  0.029991  -2.090904  0.0461
KU_AUD?  0.000376  0.012547  0.029933  0.9763
R-squared  0.173899    Mean dependent var  0.000443
Adjusted R-squared  0.051514    S.D. dependent var  0.030854
S.E. of regression  0.030048    Akaike info criterion  -4.029415
Sum squared resid  0.024378    Schwarz criterion  -3.800393
Log likelihood  69.47063    Hannan-Quinn criter.  -3.953500
F-statistic  1.420918    Durbin-Watson stat  2.971344
Prob(F-statistic)  0.253912
2.  Uji Lagrange Multiplier
Uji  Untuk mengetahui apakah model REM  lebih baik dibandingkan dengan model PLS, dapat digunakan uji  Lagrange Multiplier  (LM) yang dikembangkan oleh Bruesch-Pagan. Pengujian ini didasarkan pada nilai residual dari model PLS (Widarjono, 2013 :363). Adapun nilai statistik LM dihitung berdasarkan  formula sebagai berikut. Uji  Lagrange Multiplier  (LM)  ini didasarkan pada distribusi  chi-square  dengan derajat bebas sebesar  1. Jika hasil kritis statistic  chi-square, maka hipotesis nol akan ditolak, yang berarti estimasi yang tepat untuk regresi data panel adalah REM. Berdasarkan uji Lagrange Multiplier (LM) diperoleh data hasil pengujian sebagai berikut:
Tabel 4.7
Uji Lagrange Multiplier
EVIEWS (diolah), 2014
Model Random Effect
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan,  maka model yang sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini
adalah model random effect. Tabel berikut ini adalah hasil uji dengan menggunakan model random effect:
Tabel 4.8
Model Random Effect
Dependent Variable: MNJ_LB
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 10/03/14 Time: 14:21
Sample: 2010 2013
Periods included: 4
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 32
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable  Coefficient  Std. Error  t-Statistic  Prob.
C  0.008809  0.017312  0.508825  0.6150
KPMJ  -0.022033  0.022939  -0.960476  0.3453
KOMI  0.031669  0.032982  0.960207  0.3455
K_AUD  -0.062709  0.030988  -2.023666  0.0530
KU_AUD  0.000376  0.012964  0.028970  0.9771
Lagrange multiplier (LM) test for panel data
Date: 10/03/14 Time: 14:10
Sample: 2010 2013
Total panel observations: 32
Probability in ()
Null (no rand. effect)  Cross-section  Period  Both
Alternative  One-sided  One-sided
Breusch-Pagan   17.17086   0.948229   18.11909
(0.0000)  (0.3302)  (0.0000)
Effects Specification
S.D.    Rho
Cross-section random  0.000000  0.0000
Idiosyncratic random  0.031047  1.0000
Weighted Statistics
R-squared  0.173899  Mean dependent var  0.000443
Adjusted R-squared  0.051514  S.D. dependent var  0.030854
S.E. of regression  0.030048  Sum squared resid  0.024378
F-statistic  1.420918  Durbin-Watson stat  2.667217
Prob(F-statistic)  0.253912
Unweighted Statistics
R-squared  0.173899  Mean dependent var  0.000443
Sum squared resid  0.024378  Durbin-Watson stat  2.667217
Sumber: Eviews (diolah), 2014
Berdasarkan output pada Tabel 4.8,  diperoleh nilai  R-Square  sebesar  0.173899  atau  17,39%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel independen  struktur kepemilikan yang diukur dengan kepemilikan manajerial (KPMJ),  komposisi anggota dewan komisaris (KOMI), komite audit (K_AUD), dan kualitas audit (KU_AUD)  memiliki pengaruh terhadap variabel dependen yaitu  manajemen laba  sebesar  17,39%. Sedangkan sisanya sebesar  82,61% dipengaruhi oleh faktor lain di luar  di model regresi yang tidak dimasukkan  dalam penelitian. Pengaruh Struktur Kepemilikan (X1) terhadap Manajemen Laba Hasil dari pengolahan  Eviews  pada tabel 4.8  dapat dilihat bahwa nilai t-hitung  kepemilikan manajerial (KPMJ) sebesar  -0.960476  lebih kecil dari t -tabel yaitu sebesar 1,70113 (t-hitung < t-tabel). Sedangkan tingkat signifikansi kepemilikan manajerial (KPMJ) sebesar 0.3453 lebih besar dari α 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, artinya struktur kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  struktur kepemilikan  memiliki hubungan  negatif  dengan  manajemen  laba, yang berarti semakin besar  persentase kepemilikan manajerial  maka  manajemen  laba akan semakin  menurun. Terdapat  4  perusahaan yang memiliki aktivitas komite audit semakin banyak dan kualitas laba yang semakin baik, yaitu PT Merck Tbk, PT Pyridam Farma Tbk, PT Schering Plough Tbk, dan PT Tempo Scan Pasific Tbk. Pengaruh Komposisi Anggota Dewan Komisaris (X2) terhadap Manajemen Laba Hasil dari pengolahan Eviews pada tabel 4.8  dapat dilihat bahwa nilai t-hitung  komposisi anggota dewan komisaris (KOMI) adalah sebesar  0.960207  lebih kecil dari t -tabel yaitu sebesar 1,70113 (t -hitung < t-tabel). Sedangkan tingkat signifikansi komposisi anggota dewan komisaris (KOMI) adalah sebesar  0.3455  lebih besar dari α 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, artinya komposisi anggota dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  komposisi anggota dewan komisaris  memiliki hubungan positif dengan manajemen  laba, yang berarti semakin banyak anggota dewan komisaris maka tingkat manajemen laba akan semakin meningkat. Terdapat 3 perusahaan yang memiliki jumlah anggota dewan komisaris semakin banyak dan manajemen  laba yang semakin baik, yaitu PT  Darya Varia Laboratoria, PT Kalbe Farma, dan PT Tempo Scan Pasific Tbk. Pengaruh Komite Audit (X3) terhadap Manajemen Laba Hasil dari pengolahan  Eviews  pada tabel 4.8  dapat dilihat bahwa nilai t-hitung  komite audit (K_AUD) adalah sebesar  -2.023666  lebih kecil dari t -tabel yaitu sebesar 1,70113 (t -hitung < t-tabel). Sedangkan tingkat signifikansi komite audit (K_AUD) adalah sebesar  0.0530  lebih besar  dari α 0.05. Sehingga dapat disimpulkanbahwa H0 diterima, artinya komite audit tidak  berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit memiliki hubungan  negatif  dengan  manajemen  laba, yang berarti semakin besar jumlah komite audit maka  tingkat manajemen  laba akan semakin  menurun.  Terdapat  3 perusahaan yang memiliki  jumlah anggota  komite audit semakin banyak dan  manajemen  laba yang semakin rendah, yaitu PT Indofarma Tbk, PT Kimia Farma Tbk, dan PT Kalbe Farma. Pengaruh Kualitas Audit (X3) terhadap Manajemen Laba Hasil dari pengolahan Eviews pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai t-hitung  kualitas audit (KU_AUD) sebesar  0.029933  lebih kecil dari t -tabel yaitu sebesar 1,70113 (t -hitung < t-tabel). Sedangkan tingkat signifikansi kualitas audit (KU_AUD) sebesar 0,9763 lebih besar dari α 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, artinya kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  kualitas  audit memiliki hubungan  positif  dengan  manajemen  laba, yang berarti  jika perusahaan diaudit oleh KAP  Big Four  maka  tingkat manajemen  laba akan semakin  menurun. Terdapat  4  perusahaan yang  diaudit oleh KAP  Big Four  dan  memiliki nilai manajemen  laba yang  rendah,  yaitu PT  Darya Varia Laboratoria  Tbk, PT  Kalbe Farma, PT  Merck  Tbk,  dan  PT  Schering Plough  Tbk.  Salah satu contohnya adalah PT Darya Varia Laboratoria Tbk. Pada tahun 2012 perusahaan diaudit oleh KAP Big Four dan memiliki nilai  manajemen laba  sebesar  -0,0089. Angka ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai  manajemen  laba pada tahun 2011 yaitu sebesar 0,0164 dimana perusahaan tidak diaudit oleh KAP Big Four.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahanm dengan menggunakan model random effect, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.  Struktur kepemilikan, komposisi anggota dewan komisaris, komite audit, kualitas audit  dan
manajemen laba pada perusahaan manufaktur sub sektor farmasi  yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013 adalah sebagai  berikut:
a.  Struktur kepemilikan  yang diukur dengan persentase kepemilikan manajerial  memiliki nilai persentase  maksimum yang sama dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 yaitu    sebesar 73,99%. Hasil pengolahan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar saham perusahaan manufaktur sub sektor farmasi memiliki jumlah persentase kepemilikan manajerial kurang dari 30%. Oleh  karena itu, untuk menurunkan nilai manajemen laba maka jumlah persentase kepemilikan manajerial harus dinaikkan. Namun, hasil penelitian yang diperoleh tidak berpengaruh signifikan.
b.  Komposisi dewan komisaris yang memiliki persentase anggota dewan komisaris independen di atas 30% pada tahun 2010 dan 2011 adalah seluruh perusahaan yang  menjadi sampel atau sebanyak  7  perusahaan  hanya terdapat 1 perusahaan yang memiliki persentase anggota dewan komisaris di bawah 30%, sedangkan pada tahun 2012 dan 2013  adalah sebanyak 8  perusahaan dan  hanya terdapat 1 perusahaan yang memiliki persentase anggota dewan komisaris di bawah 30%. Hasil pengolahan tersebut menunjukkan bahwa dari  8  perusahaan yang menjadi sampel hampir seluruh perusahaan telah mematuhi  peraturan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia No. Kep-305/BEJ/07-2004.  Oleh  karena itu, untuk menurunkan nilai manajemen laba maka perusahaan harus mengurangi jumlah anggota dewan komisaris. Namun, hasil penelitian yang diperoleh tidak berpengaruh signifikan.
c.  Komite audit yang memiliki  jumlah maksimum sebesar 33,33%  pada tahun 2010  berjumlah  3 perusahaan, sedangkan pada tahun 2011  berjumlah 2 perusahaan.  Jumlah maksimum anggota komite audit sebesar 50% pada tahun 2012 berjumlah 1 perusahaan yaitu PT. Indofarma Tbk, sedangkan jumlah maksimum anggota komite audit pada tahun 2013 sebesar  66,67% berjumlah 1 perusahaan yaitu PT. Indofarma Tbk.  Hasil pengolahan tersebut menunjukkan bahwa dari  8  perusahaan yang menjadi sampel sebagian besar perusahaan telah mematuhi peraturan Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-643/BL/2012 perihal Peraturan Nomor IX.I.5.  Oleh  karena itu, untuk menurunkan nilai manajemen laba maka perusahaan harus menambah jumlah anggota komite audit. Namun, hasil penelitian yang diperoleh tidak berpengaruh signifikan.
d.  Kualitas audit  memiliki persentase  50%  pada tahun 2010 dan 2011  adalah  4  perusahaan,
sedangkan pada tahun 2012 dan 2013 perusahaan yang memiliki persentase kualitas audit 50% adalah sebanyak 4 perusahaan. Oleh karena itu, untuk menurunkan nilai manajemen laba maka perusahaan harus diaudit oleh KAP  Non Big Four. Namun,  hasil penelitian yang diperoleh tidak berpengaruh signifikan.
e.  Manajemen laba memiliki nilai rata-rata pada tahun 2010 sebesar  0,0094, tahun 2011 sebesar 0,0121, tahun 2012 sebesar  -0,0147, dan tahun 2013 sebesar  -0,0147. Perusahaan yang memiliki nilai  manajemen  laba di atas rata-rata pada tahun 2010 adalah sebanyak  6 perusahaan, tahun 2011 sebanyak 2 perusahaan,  tahun 2012 sebanyak  6 perusahaan, dan tahun 2013 sebanyak 6 perusahaan. Hasil pengolahan tersebut menunjukkan bahwa dari  8 perusahaan yang menjadi  sampel,  sebagian besar perusahaan memiliki  manajemen  laba yang kurang baik.
2.  Variabel independen struktur kepemilikan, komposisi  anggota  dewan komisaris,  komite audit, dan kualitas audit secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen  laba.
3.  Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial adalah sebagai berikut:
a.  Struktur kepemilikan yang diukur dengan kepemilikan manajerial  tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen  laba.
b.  Komposisi anggota dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
c.  Komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen  laba.
d.  Kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen  laba.
Saran
Hasil menyatakan bahwa kepemilikan manajerial  dan praktik Good Corporate Governance  sangat penting
dalam menurunkan nilai manajemen laba  maka perlu adanya peningkatan struktur kepemilikan  dan praktik
Good Corporate Governance  yang lebih baik, dengan demikian peneliti akan memberikan beberapa saran
untuk :
1.  Penelitian selanjutnya
Menambahkan jumlah variabel yang dapat mempengaruhi  manajemen laba  yang  belum  ada dalam
penelitian ini, memperluas objek penelitian serta menambah jumlah  populasi  penelitian sehingga
mendapatkan hasil yang lebih general dan mempresentatifkan hasil  penelitian. Melakukan penelitian
dengan waktu yang cukup dan tidak terburu-buru, agar mendapat hasil yang lebih baik dan lebih teliti
lagi.
2.  Bagi Investor
Dalam mengambil keputusan investasi sebaiknya investor tidak hanya memperhatikan angka laba
akuntansi atau laba per saham yang diinformasikan, akan tetapi investor juga harus memperhatikan
informasi -informasi non-keuangan lainnya  (di antaranya seperti  anggota komite audit, anggota  dewan
komisaris, dan KAP yang mengaudit perusahaan tertentu).
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Maman dan Muhidin, S.A. (2011). Panduan Praktis Memahami Penelitian (Bidang Sosial-Administrasi-Pendidikan). Bandung: Penerbit CV. Pustaka Setia
Ajija, R Shocrul, Sari, W Dyah, Setianto, H Rahmat dan Primanti, R Martha. (2010).  Cara Cerdas  Menguasai Eviews. Jakarta:Salemba Empat
Azlina, Nur. 2010. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba. Pekbis Jurnal, Vol.2, No.3.Bangun, Nurainun dan Vincent. (2008).  Analisis Hubungan Komponen Good Corporate Governance Terhadap Earnings Management Dengan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Tahun XII No. 03 Belkaoui, Ahmed Riahi. (2006), Accounting Theory. Buku Satu dan Buku Dua, Edisi kelima, Jakarta : Penerbit Salemba Empat
Boediono, Gideon SB. (2005). Kualitas Laba :  Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo
Chtourou, et al. (2001). "Corporate Governance and Earnings Management". Working paper Darmawati, Deni. (2006).  Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Faktor Regulasi Terhadap Kualitas Implementasi Corporate Governance. Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX, Padang
Faisal. (2005). “Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme   Corporate Governance”. Jurnal Riset dan Akuntansi Indonesia. Vol. 8. No. 2, Mei: 175-190
Fernando, Elder, R., & abdel-Meguid. (2006). Audit Firm Size, Industry Specialization, Client Size and Cost of Capital – Information and Monitoring effects. New York: Syracuse University Publisher
Ghozali, Imam. (2011). “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS” edisi 3
Gujarati, D. (2003). Basic Econometrics. McGraw-Hill Inc
Herawaty, Vinola. (2008).  Peran Praktik Corporate Governance Sebagai Moderating Variabel Dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan No.10
Herwidayatmo. (2000). Implementasi Good Corporate Governance Untuk Perusahaan Publik Indonesia Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, (2006).  Penerapan Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak-hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha. Jakarta : Kencana
Indriastuti, Maya. (2012).  Analisis Kualitas Auditor dan Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Eksistansi (ISSN 2085-2401), Vol. IV, No. 2, Agustus 2012
Meutia, Inten. (2004).  Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba untuk KAP Big 5 dan Non Big 5. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 7, No. 3, hal. 333-350
Midiastuty, Pratana P., dan Mas. Ud Machfoedz. (2003). Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI. Surabaya
Murhadi, Werner R. (2009). “Studi Pengaruh Tata kelola perusahaan terhadap Praktik  Earnings Management pada Perusahaan Terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol. 11
no.1.
Musfiqon. (2012). Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan, (2007).  Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar
Nasution, Marihot (2012). Peran Komite Audit dalam Manajemen Laba Perusahaan Perbankan. Program Studi Akuntansi Politeknik Negeri Batam
Nuraini, A. dan Sumarno Zain. (2007).  Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba. Jurnal MAKSI Vol. 7, No. 1, hal. 19-32
Nuryaman. (2007). “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate
Governance Terhadap Manajemen Laba”. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak. 23-24 Juli
Palestin, Halima Shatila. (2008). “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktik Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Bursa Efek Indonesia)”
Peraturan Nomor IX.I.5: Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Keputusan Ketua
BAPEPAM No. Kep-29/PM/2004. 24 September 2004 Peraturan Pencatatan Nomor I-A Tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas. Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina Miftahul. (2011).  Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi.
Cetakan keenam. Edisi 1-6. Jakarta: Rajawali Pers Pujiningsih, Andiany Indra. (2011).  Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktik Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2009). Skripsi Universitas Diponegoro: Semarang
Rachmawati, Andri., dan Hanung Triatmoko. (2007).  Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X : Makassar
Sanjaya, I Putu Sugiartha. (2008).  Auditor Eksternal, Komite Audit, dan Manajemen Laba. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia. Vol.11, No.1, Hal. 97-116
Sekaran, Uma. (2007).  Research Methods for Business Metodologi, Penelitian Untuk Bisnis.  Edisi 4. Jakarta: Salemba empat