Nama           : Vina Wahyu Astuti
NPM : 19213152
Kelas : 4EA25
Materi : Manajemen Laba Sektor Farmasi
Mata Kuliah : Etika Bisnis (Softskill)
NPM : 19213152
Kelas : 4EA25
Materi : Manajemen Laba Sektor Farmasi
Mata Kuliah : Etika Bisnis (Softskill)
PENGARUH
STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN PRAKTIK GOOD CORPORATE
GOVERNANCE
TERHADAP MANAJEMEN LABA
(Studi Kasus
pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia Tahun 2010-2013)
THE EFFECTS OF
OWNERSHIP STRUCTURE AND CORPORATE GOVERNANCE PRACTICES
ON EARNINGS
MANAGEMENT CASE STUDY IN PHARMACEUTICAL MANUFACTURING
SECTOR SUB
LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE FOR YEAR 2010-2013
Nastiti Rizky
Shiyammurti
S1 Akuntansi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom
rizky.nastiti03@gmail.com
Dr. ANDRY
ARIFIAN RACHMAN, S.E.,M.SI.,Ak.,CA
Universitas
Telkom
Abstrak
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh  struktur kepemilikan  dan praktik Good Corporate Governance  terhadap 
manajemen laba.  Manajemen laba
merupakan rekayasa pelaporan keuangan dalam batas–batas tertentu yang tidak
melanggar standar pelaporan keuangan. Hal ini dilakukan oleh manajemen dengan
memanfaatkan wewenangnya dalam memilih metode akuntansi yang diizinkan oleh
standar. Manajer memiliki fleksibilitas dalam memilih metode maupun kebijakan
akuntansi dari berbagai alternative metode dan kebijakan yang ada. Manajemen
banyak memanfaatkan standar pelaporan keuangan dengan cara menerapkan standar
yang dipercepat pengadopsiannya.Populasi penelitian ini adalah  Perusahaan Farmasi  yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.  Teknik sampling dalam penelitian ini
menggunakan  purposive  sampling. 
Data yang diolah adalah data 
sekunder  melalui survey
menggunakan  laporan keuangan dan  Annual Report 
perusahaan farmasi  yang kemudian
dianalisis dengan menggunakan  data
panel  untuk mendeskripsikan data,
serta  uji  Lagrange Multiplier  untuk menguji hipotesis yang diajukan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel  struktur kepemilikan  dan 
praktik  Good Corporate
Governance  tidak  berpengaruh signifikan terhadap  manajemen laba. Secara parsial, variabel  strukturm kepemilikan dan  praktik Good Corporate Governance tidak
memiliki pengaruh signifikan manajemen laba.
Kata kunci :
Struktur Kepemilikan, Komposisi Dewan Komisaris, Komite Audit, Kualitas Audit.
Abstract
The objectives
of this research was to determine the influence of  the structure of  ownership 
and  good corporate
governance  practices  to earnings management.  Earnings management is  engineered 
financial reporting  within  certain limits  that 
not  violate  the standards 
of financial  reporting. This is
done  by management to utilize  its authority 
in choosing  accounting methods  permitted 
by the standard.  Managers  have the flexibility in choosing the method
and the accounting policies of the various alternative methods and policies.
Management utilizes many financial reporting standards by implementing an
accelerated adoption. The population in this research was listed pharmaceutical
company  in Indonesia Stock Exchange.
Sampling techniques  in this study  using  purposive  sampling. 
The processed data is  secondary
data  through  surveys 
using financial statements 
and  Annual  Report 
pharmaceutical company  which  was then analyzed using  panel data 
to describe the data, as well as the Lagrange multiplier test to test
the hypothesis proposed. The results of this research indicate that  simultaneously  the ownership structure  and 
practices of  good corporate governance  has no significant effect  on earnings management.  Partially, 
the ownership structure  and
practices of good corporate governance has no significant effect of earnings
management.
Keywords  : 
Ownership  Structure,  Composition 
of the Board  of
Commissioners,  Audit Committee,  QualityAudit.
PENDAHULUAN
Industri
manufaktur merupakan suatu industri yang memiliki pengaruh bagi perekonomian
indonesia. Besarnya pengaruh industri manufaktur terhadap perekonomian nasional
dapat  dilihat dari besarnya porsi industri
manufaktur di dalam indeks Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014.  Perusahaan manufaktur yang telah go public
dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dipilih sebagai objek penelitian selama
periode tahun 2010 -2013 karena telah mencerminkan nilai yang signifikan
terhadap perkembangan investasi di indonesia. Dari 8 emiten farmasi di BEI,
hanya 3 saham yg aktif diperdagangkan yaitu: PT Kalbe FarmaTbk (KLBF), PT Kimia
Farma Tbk (KAEF), PT Indofarma Tbk (INAF). Sedangkan 5 saham  farmasi lainnya selama ini cenderung tidur,
seperti : Darya Varia Laboratoria Tbk (DVLA), PT Merck Tbk (MERK), PT  Pyridam Farma Tbk (PYFA), PT Schering Plough
Indonesia Tbk (SCPI), dan  PT Tempo Scan
Pacific (TSPC). Perusahaan manufaktur sub sektor  farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang dipilih untuk dasar penelitian karena berdasarkan fenomena yang
terjadi berkaitan dengan perusahaan manufaktur sub sector farmasi, seperti
salah satu kasus PT. Kimia Farma Tbk yang terlibat dalam pelapor an keuangan
(financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Boediono,
2005). Berikut daftar 10 perusahaanmmanufaktur sub sektor farmasi yang
terdaftar di Bursa 
Efek Indonesia.
Tabel 1.1
Daftar
Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia
No  Kode Saham 
Nama Emiten  Tanggal IPO
1  DVLA 
PT. Darya Varia Laboratoria 
11-11-1994
2  INAF 
PT. Indofarma (Persero) Tbk. 
17-04-2001
3  KAEF 
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 
04-07-2001
4  KLBF 
PT. Kalbe Farma  30-07-1991
5  MERK 
PT. Merck Tbk.  23-07-1981
6  PYFA 
PT. Pyridam Farma Tbk.  16-10-2001
7  SCPI 
PT. Schering Plough Indonesia Tbk. 
07-10-2010
8  SIDO 
PT. Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul
Tbk.
18-12-2013
9  SQBB 
PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 
29-03-1983
10  TSPC 
PT. Tempo Scan Pasific Tbk. 
17-01-1994
Sumber :
www.idx.co.id , 2014
Salah satu
sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja keuangan adalah
laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama para manajer untuk
menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk melaksanakan fungsi
pertanggungjawaban dalam organisasi. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012),
tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan
juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka. Kinerja manajemen perusahaan tercermin pada
laba yang terkandung dalam laporan laba rugi. Menurut Statement of Financial
Accounting Concept (SFAC) No 1, informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir
kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu
pemilik atau pihak lain dalam menaksir 
earnings power  perusahaan di masa
yang akan datang. Informasi laba ini sering menjadi target rekayasa tindakan
oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasaannya. Tindakan  earnings management  telah memunculkan beberapa kasus skandal
pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck,
WorldCom, dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett  et al.,2006) dalam Murhadi (2009). Beberapa
kasus juga terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk
juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi
adanya manipulasi (Boediono, 2005). Tindakan manajemen laba tersebut dapat
diminimalisasi mel alui suatu mekanisme 
monitoring  yang bertujuan untuk
menyelaraskan (alignment) berbagai kepentingan yang disebut corporate
governance. Corporate governance 
merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan
melalui supervisi atau  monitoring  kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas
manajemen terhadap  stakeholder dengan
mendasarkan pada kerangka peraturan. Menurut Barnhart dan Rosenstein (1998)
dalam Boediono (2005), mekanisme 
corporate governance  meliputi
mekanisme internal, seperti adanya struktur dewan direksi, kepemilikan
manajerial dan kompensasi eksekutif, dan mekanisme eksternal, seperti pasar
untuk control perusahaan, kepemilikan institusional dan tingkat pendanaan
dengan hutang (debt financing). Sedangkan menurut Veronica  dan Bachtiar (2004), beberapa mekanisme  corporate governance  antara lain diwujudkan dengan adanya dewan
direksi, komite audit, kualitas audit, dan kepemilikan institusional. Berdasarkan
penelitian-penelitian tersebut, maka peneliti tetarik untuk meneliti  pengaruh 
struktur kepemilikan  dan praktik
Good Corporate Governance  terhadap  manajemen laba. Untuk itu penelitian ini
diberi judul:  “Pengaruh  Struktur Kepemilikan  dan 
Praktik  Good Corporate
Governance  terhadap  Manajemen Laba”.
TINJAUAN PUSTAKA
1.  Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan
suatu kemampuan untuk  mengubah laporan
keuangan, kondisi kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi
hasil-hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan
(Belkaoui, 2006: 75).
2.  Corporate Governance
Corporate
governance  merupakan konsep yang
diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau  monitoring 
kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap  stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka
peraturan.  Menurut Veronica dan Bachtiar
(2004), beberapa mekanisme corporate governance 
antara lain diwujudkan dengan adanya dewan direksi, komite audit,
kualitas audit,kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial.  Kepemilikan manjerial adalah kepemilikan  saham oleh pihak manajemen perusahaan.
Kepemilikan saham manajerial dapat mensejajarkan antara kepentingan pemegang
saham dengan manajer sedangka kepemilikan institusional  merupakan kepemilikan saham oleh pihak institusi
lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain.
3.  Anggota Dewan Komisaris
Dewan komisaris
merupakan organ perusahaan yang memiliki tanggung jawab dan kewenangan penuh
atas pengurusan perusahaan. Fungsi dewan komisaris termasuk di dalamnya
komisaris independen antara lain; melakukan pengawasan terhadap direksi dalam
pencapaian tujuan perusahaan dan memberhentikan direksi untuk sementara bila
diperlukan (Warsono et al., 2009).
4.  Komite Audit
Komite Audit
merupakan komite yang dibentuk  untuk
membantu komisaris dan direktur individu dalam melaksanakan tugasnya berkaitan
dengan pengendalian internal, pelaporan informasi keuangan, dan standar perilaku
dalam perusahaan.
5.  Kualitas Audit
Kualitas Audit
dalam perusahaan dilihat dari KAP yang mengaudit perusahaan tersebut. Kualitas
audit diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu angka 1 untuk KAP  Big Four 
dan angka 0 untuk KAP  Non Big Four.
Adapun tujuan dalam penelitian ini sesuai latar belakang dan rumusan masalah
adalah untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan, komposisi anggota dewan
komisaris, komite audit, dan kualitas audit terhadap manajemen laba. Hasil
penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam memahami struktur
kepemilikan dan praktik Good Corporate Governance dalam perusahaan.
KERANGKA
PEMIKIRAN
Struktur
Kepemilikan dan Manajemen Laba Persentase saham tertentu  yang dimiliki oleh institusi dapat
mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan 
yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan
pihak  manajemen. Menurut Ujiyantho dan
pramuka (2007),  kepemilikan manajerial
memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap manajemen laba. Komposisi
Anggota Dewan Komisaris dan Manajemen Laba Menurut Murhadi (2009),  Keberadaan Komisaris Independen diharapkan
akan dapat lebih efektif dalam melakukan pengawasan kepada pihak manajemen,
sehingga diharapkan dapat mengurangi praktik 
earning management.  Dari
penilitian tersebut dapat disimpulkan bahwa komisaris independent berhubungan negative
terhadap praktik earning management. Komite Audit dan Manajemen Laba Dalam
penelitian Murhadi (2009),  Perusahaan
yang memiliki komite audit akan menghambat perilaku earnings management oleh
pihak manajemen. Keberadaan komite audit diharapkan dapat menemukan sejak dini praktik-praktik
yang bertentangan dengan asas keterbukaan informasi, sehingga diharapkan dapat
mengurangi praktik  earning management.
Oleh karena itu, komite audit berhubungan negatif terhadap praktik  earning management. Kualitas Audit dan
Manajemen Laba Sanjaya (2008) menyatakan bahwa auditor  Big Four 
adalah auditor yang memiliki keahlian dan memiliki reputasi yang tinggi
dibanding auditor  Non Big Four, sehingga
KAP  Big Four  yang memiliki kualitas auditor yang tinggi di
mata masyarakat dapat mencegah manajemen laba. Dari penelitian tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa kualitas auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba.
Gambar 2.1 :
Kerangka Pemikiran
Keterangan:
= Uji Parsial
= Uji Simultan
Hipotesis
Penelitian
Berdasarkan
teori dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka
penelitian ini
memiliki
hipotesis sebagai berikut :
H1  : 
Struktur kepemilikan dan praktik 
Good Corporate Governance 
berpengaruh
terhadap
manajemen laba secara simultan.
H2  : 
Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap manajemen laba secara parsial.
H3  : 
Komposisi anggota dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba
secara parsial.
H4  : 
Keberadaan komite audit berpengaruh 
terhadap manajemen laba secara
parsial.
H5  : 
Kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba secara parsial.
POPULASI DAN
SAMPEL
Populasi dalam
penelitian ini adalah  perusahaan
manufaktur sektor farmasi yang terdaftar dalam Bursa Efek
Indonesia
periode 2010-2013.  Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel
purposive
sampling  yaitu penentuan sampel dengan
target atau pertimbangan tertentu (Sekaran,2000).
VARIABEL
OPERASIONAL
Variabel
Independen
Variabel  independen menurut Sugiyono (2012:39),
merupakan  variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat).   Variabel independen dalam
penelitian adalah struktur kepemilikan (X1) dan praktik Good Corporate
Governance (X2). Praktik Good Corporate Governance (X2):
(X2):
Struktur
Kepemilikan
(X1)
Komposisi
Anggota
Dewan Komisaris
Komite Audit
Kualitas Audit
Manajemen Laba (Y)
Variabel Dependen Variabel dependen adalah 
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas (Sugiyono, 2012:40). Variabel dependen pada penelitian ini
adalah manajemen laba (Y).
TEKNIK ANALISIS
DATA
Dalam penelitian
ini, analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier  berganda. Menurut Sunyoto  (2011: 9), 
jika pengukuran pengaruh antar variabel melibatkan lebih dari satu
variabel independen (X 1, X2, X3, X4, …, Xn) dinamakan analisis regresi
linier  berganda, dikatakan linier karena
setiap estimasi atas nilai yang diharapkan mengalami peningkatan atau
penurunan  mengikuti garis lurus.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Penelitian ini
menggunakan model regresi data panel yang memiliki tiga macam model yaitu
model  common effect, fixed effect, dan
random effect. Untuk mengetahui model manakah yang paling sesuai dalam
penelitian ini maka akan dilakukan pengujian yaitu uji Lagrange Multiplier
untuk menentukan model manakah yang akan digunakan antara common effect atau
random effect.
1.  Model Common Effect
Model ini
menggabungkan data  cross section  dan 
time series  tanpa melihat
perbedaan waktu maupun
individu atau
perusahaan. Tabel berikut menunjukkan hasil perhitungan model  common effect:
Tabel 4.6
Model Common
Effect
Sumber: Eviews
(diolah), 2014
Berdasarkan
Tabel 4.6  di  atas dapat dilihat bahwa variabel
independen  struktur kepemilikan yang
diukur dengan
kepemilikan manajerial  (KPMJ),  komposisi anggota dewan komisaris
(KOMI),  komite
audit (K_AUD)
dan kualitas audit (KU_AUD)  mampu
menjelaskan variasi  manajemen  laba
(MNJ_LB)
sebesar  17,39%. Namun hasil uji  common effect 
ini masih membutuhkan pengujian lebih
lanjut untuk
menentukan model manakah yang terbaik yaitu uji model  fixed effect dan random effect.
Dependent
Variable: MNJ_LB?
Method: Pooled
Least Squares
Date: 10/05/14
Time: 16:40
Sample: 2010
2013
Included
observations: 4
Cross-sections
included: 8
Total pool
(balanced) observations: 32
Variable  Coefficient 
Std. Error  t-Statistic  Prob.
C  0.008809 
0.016755  0.525731  0.6034
KPMJ?  -0.022033 
0.022202  -0.992388  0.3298
KOMI?  0.031669 
0.031921  0.992110  0.3300
K_AUD?  -0.062709 
0.029991  -2.090904  0.0461
KU_AUD?  0.000376 
0.012547  0.029933  0.9763
R-squared  0.173899   
Mean dependent var  0.000443
Adjusted
R-squared  0.051514    S.D. dependent var  0.030854
S.E. of
regression  0.030048    Akaike info criterion  -4.029415
Sum squared
resid  0.024378    Schwarz criterion  -3.800393
Log
likelihood  69.47063    Hannan-Quinn criter.  -3.953500
F-statistic  1.420918   
Durbin-Watson stat  2.971344
Prob(F-statistic)  0.253912
2.  Uji Lagrange Multiplier
Uji  Untuk mengetahui apakah model REM  lebih baik dibandingkan dengan model PLS,
dapat digunakan uji  Lagrange
Multiplier  (LM) yang dikembangkan oleh
Bruesch-Pagan. Pengujian ini didasarkan pada nilai residual dari model PLS
(Widarjono, 2013 :363). Adapun nilai statistik LM dihitung berdasarkan  formula sebagai berikut. Uji  Lagrange Multiplier  (LM) 
ini didasarkan pada distribusi 
chi-square  dengan derajat bebas sebesar  1. Jika hasil kritis statistic  chi-square, maka hipotesis nol akan ditolak,
yang berarti estimasi yang tepat untuk regresi data panel adalah REM.
Berdasarkan uji Lagrange Multiplier (LM) diperoleh data hasil pengujian sebagai
berikut:
Tabel 4.7
Uji Lagrange
Multiplier
EVIEWS (diolah),
2014
Model Random
Effect
Berdasarkan
pengujian yang telah dilakukan,  maka
model yang sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini
adalah model
random effect. Tabel berikut ini adalah hasil uji dengan menggunakan model
random effect:
Tabel 4.8
Model Random
Effect
Dependent
Variable: MNJ_LB
Method: Panel
EGLS (Cross-section random effects)
Date: 10/03/14
Time: 14:21
Sample: 2010
2013
Periods included:
4
Cross-sections
included: 8
Total panel
(balanced) observations: 32
Swamy and Arora
estimator of component variances
Variable  Coefficient 
Std. Error  t-Statistic  Prob.
C  0.008809 
0.017312  0.508825  0.6150
KPMJ  -0.022033 
0.022939  -0.960476  0.3453
KOMI  0.031669 
0.032982  0.960207  0.3455
K_AUD  -0.062709 
0.030988  -2.023666  0.0530
KU_AUD  0.000376 
0.012964  0.028970  0.9771
Lagrange
multiplier (LM) test for panel data
Date: 10/03/14
Time: 14:10
Sample: 2010
2013
Total panel
observations: 32
Probability in
()
Null (no rand.
effect)  Cross-section  Period 
Both
Alternative  One-sided 
One-sided
Breusch-Pagan   17.17086  
0.948229   18.11909
(0.0000)  (0.3302) 
(0.0000)
Effects
Specification
S.D.    Rho
Cross-section
random  0.000000  0.0000
Idiosyncratic
random  0.031047  1.0000
Weighted
Statistics
R-squared  0.173899 
Mean dependent var  0.000443
Adjusted
R-squared  0.051514  S.D. dependent var  0.030854
S.E. of
regression  0.030048  Sum squared resid  0.024378
F-statistic  1.420918 
Durbin-Watson stat  2.667217
Prob(F-statistic)  0.253912
Unweighted
Statistics
R-squared  0.173899 
Mean dependent var  0.000443
Sum squared
resid  0.024378  Durbin-Watson stat  2.667217
Sumber: Eviews
(diolah), 2014
Berdasarkan
output pada Tabel 4.8,  diperoleh
nilai  R-Square  sebesar 
0.173899  atau  17,39%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
variabel independen  struktur kepemilikan
yang diukur dengan kepemilikan manajerial (KPMJ),  komposisi anggota dewan komisaris (KOMI),
komite audit (K_AUD), dan kualitas audit (KU_AUD)  memiliki pengaruh terhadap variabel dependen
yaitu  manajemen laba  sebesar 
17,39%. Sedangkan sisanya sebesar 
82,61% dipengaruhi oleh faktor lain di luar  di model regresi yang tidak dimasukkan  dalam penelitian. Pengaruh Struktur Kepemilikan
(X1) terhadap Manajemen Laba Hasil dari pengolahan  Eviews 
pada tabel 4.8  dapat dilihat
bahwa nilai t-hitung  kepemilikan manajerial
(KPMJ) sebesar  -0.960476  lebih kecil dari t -tabel yaitu sebesar
1,70113 (t-hitung < t-tabel). Sedangkan tingkat signifikansi kepemilikan
manajerial (KPMJ) sebesar 0.3453 lebih besar dari α 0.05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima, artinya struktur kepemilikan tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  struktur kepemilikan  memiliki hubungan  negatif 
dengan  manajemen  laba, yang berarti semakin besar  persentase kepemilikan manajerial  maka 
manajemen  laba akan semakin  menurun. Terdapat  4 
perusahaan yang memiliki aktivitas komite audit semakin banyak dan kualitas
laba yang semakin baik, yaitu PT Merck Tbk, PT Pyridam Farma Tbk, PT Schering
Plough Tbk, dan PT Tempo Scan Pasific Tbk. Pengaruh Komposisi Anggota Dewan
Komisaris (X2) terhadap Manajemen Laba Hasil dari pengolahan Eviews pada tabel
4.8  dapat dilihat bahwa nilai
t-hitung  komposisi anggota dewan komisaris
(KOMI) adalah sebesar  0.960207  lebih kecil dari t -tabel yaitu sebesar
1,70113 (t -hitung < t-tabel). Sedangkan tingkat signifikansi komposisi
anggota dewan komisaris (KOMI) adalah sebesar 
0.3455  lebih besar dari α 0.05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, artinya komposisi anggota dewan
komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa  komposisi
anggota dewan komisaris  memiliki
hubungan positif dengan manajemen  laba,
yang berarti semakin banyak anggota dewan komisaris maka tingkat manajemen laba
akan semakin meningkat. Terdapat 3 perusahaan yang memiliki jumlah anggota
dewan komisaris semakin banyak dan manajemen 
laba yang semakin baik, yaitu PT 
Darya Varia Laboratoria, PT Kalbe Farma, dan PT Tempo Scan Pasific Tbk. Pengaruh
Komite Audit (X3) terhadap Manajemen Laba Hasil dari pengolahan  Eviews 
pada tabel 4.8  dapat dilihat
bahwa nilai t-hitung  komite audit (K_AUD)
adalah sebesar  -2.023666  lebih kecil dari t -tabel yaitu sebesar
1,70113 (t -hitung < t-tabel). Sedangkan tingkat signifikansi komite audit
(K_AUD) adalah sebesar  0.0530  lebih besar 
dari α 0.05. Sehingga dapat disimpulkanbahwa H0 diterima, artinya komite
audit tidak  berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit
memiliki hubungan  negatif  dengan 
manajemen  laba, yang berarti
semakin besar jumlah komite audit maka 
tingkat manajemen  laba akan
semakin  menurun.  Terdapat 
3 perusahaan yang memiliki  jumlah
anggota  komite audit semakin banyak
dan  manajemen  laba yang semakin rendah, yaitu PT Indofarma
Tbk, PT Kimia Farma Tbk, dan PT Kalbe Farma. Pengaruh Kualitas Audit (X3)
terhadap Manajemen Laba Hasil dari pengolahan Eviews pada tabel 4.10 dapat
dilihat bahwa nilai t-hitung  kualitas
audit (KU_AUD) sebesar  0.029933  lebih kecil dari t -tabel yaitu sebesar
1,70113 (t -hitung < t-tabel). Sedangkan tingkat signifikansi kualitas audit
(KU_AUD) sebesar 0,9763 lebih besar dari α 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
H0 diterima, artinya kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  kualitas 
audit memiliki hubungan 
positif  dengan  manajemen 
laba, yang berarti  jika perusahaan
diaudit oleh KAP  Big Four  maka 
tingkat manajemen  laba akan
semakin  menurun. Terdapat  4 
perusahaan yang  diaudit oleh
KAP  Big Four  dan 
memiliki nilai manajemen  laba
yang  rendah,  yaitu PT 
Darya Varia Laboratoria  Tbk,
PT  Kalbe Farma, PT  Merck 
Tbk,  dan  PT 
Schering Plough  Tbk.  Salah satu contohnya adalah PT Darya Varia
Laboratoria Tbk. Pada tahun 2012 perusahaan diaudit oleh KAP Big Four dan memiliki
nilai  manajemen laba  sebesar 
-0,0089. Angka ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai  manajemen 
laba pada tahun 2011 yaitu sebesar 0,0164 dimana perusahaan tidak
diaudit oleh KAP Big Four.
Kesimpulan dan
Saran
Berdasarkan pada
data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap
permasalahanm dengan menggunakan model random effect, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1.  Struktur kepemilikan, komposisi anggota dewan
komisaris, komite audit, kualitas audit 
dan
manajemen laba
pada perusahaan manufaktur sub sektor farmasi 
yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013 adalah sebagai  berikut:
a.  Struktur kepemilikan  yang diukur dengan persentase kepemilikan
manajerial  memiliki nilai persentase  maksimum yang sama dari tahun 2010 sampai
dengan tahun 2013 yaitu    sebesar 73,99%.
Hasil pengolahan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar saham perusahaan manufaktur
sub sektor farmasi memiliki jumlah persentase kepemilikan manajerial kurang
dari 30%. Oleh  karena itu, untuk
menurunkan nilai manajemen laba maka jumlah persentase kepemilikan manajerial
harus dinaikkan. Namun, hasil penelitian yang diperoleh tidak berpengaruh
signifikan.
b.  Komposisi dewan komisaris yang memiliki
persentase anggota dewan komisaris independen di atas 30% pada tahun 2010 dan
2011 adalah seluruh perusahaan yang 
menjadi sampel atau sebanyak  7  perusahaan 
hanya terdapat 1 perusahaan yang memiliki persentase anggota dewan komisaris
di bawah 30%, sedangkan pada tahun 2012 dan 2013  adalah sebanyak 8  perusahaan dan  hanya terdapat 1 perusahaan yang memiliki
persentase anggota dewan komisaris di bawah 30%. Hasil pengolahan tersebut
menunjukkan bahwa dari  8  perusahaan yang menjadi sampel hampir seluruh
perusahaan telah mematuhi  peraturan
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia No. Kep-305/BEJ/07-2004.  Oleh 
karena itu, untuk menurunkan nilai manajemen laba maka perusahaan harus
mengurangi jumlah anggota dewan komisaris. Namun, hasil penelitian yang
diperoleh tidak berpengaruh signifikan.
c.  Komite audit yang memiliki  jumlah maksimum sebesar 33,33%  pada tahun 2010  berjumlah 
3 perusahaan, sedangkan pada tahun 2011 
berjumlah 2 perusahaan.  Jumlah
maksimum anggota komite audit sebesar 50% pada tahun 2012 berjumlah 1
perusahaan yaitu PT. Indofarma Tbk, sedangkan jumlah maksimum anggota komite
audit pada tahun 2013 sebesar  66,67% berjumlah
1 perusahaan yaitu PT. Indofarma Tbk. 
Hasil pengolahan tersebut menunjukkan bahwa dari  8 
perusahaan yang menjadi sampel sebagian besar perusahaan telah mematuhi peraturan
Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-643/BL/2012 perihal Peraturan Nomor IX.I.5.  Oleh 
karena itu, untuk menurunkan nilai manajemen laba maka perusahaan harus menambah
jumlah anggota komite audit. Namun, hasil penelitian yang diperoleh tidak berpengaruh
signifikan.
d.  Kualitas audit  memiliki persentase  50% 
pada tahun 2010 dan 2011  adalah  4 
perusahaan,
sedangkan pada
tahun 2012 dan 2013 perusahaan yang memiliki persentase kualitas audit 50% adalah
sebanyak 4 perusahaan. Oleh karena itu, untuk menurunkan nilai manajemen laba
maka perusahaan harus diaudit oleh KAP 
Non Big Four. Namun,  hasil
penelitian yang diperoleh tidak berpengaruh signifikan.
e.  Manajemen laba memiliki nilai rata-rata pada
tahun 2010 sebesar  0,0094, tahun 2011
sebesar 0,0121, tahun 2012 sebesar 
-0,0147, dan tahun 2013 sebesar 
-0,0147. Perusahaan yang memiliki nilai 
manajemen  laba di atas rata-rata
pada tahun 2010 adalah sebanyak  6 perusahaan,
tahun 2011 sebanyak 2 perusahaan,  tahun
2012 sebanyak  6 perusahaan, dan tahun 2013
sebanyak 6 perusahaan. Hasil pengolahan tersebut menunjukkan bahwa dari  8 perusahaan yang menjadi  sampel, 
sebagian besar perusahaan memiliki 
manajemen  laba yang kurang baik.
2.  Variabel independen struktur kepemilikan,
komposisi  anggota  dewan komisaris,  komite audit, dan kualitas audit secara
simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen  laba.
3.  Pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial adalah sebagai berikut:
a.  Struktur kepemilikan yang diukur dengan
kepemilikan manajerial  tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen  laba.
b.  Komposisi anggota dewan komisaris tidak
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
c.  Komite audit tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen  laba.
d.  Kualitas audit tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen  laba.
Saran
Hasil menyatakan
bahwa kepemilikan manajerial  dan praktik
Good Corporate Governance  sangat penting
dalam menurunkan
nilai manajemen laba  maka perlu adanya
peningkatan struktur kepemilikan  dan
praktik
Good Corporate
Governance  yang lebih baik, dengan
demikian peneliti akan memberikan beberapa saran
untuk :
1.  Penelitian selanjutnya
Menambahkan
jumlah variabel yang dapat mempengaruhi 
manajemen laba  yang  belum 
ada dalam
penelitian ini,
memperluas objek penelitian serta menambah jumlah  populasi 
penelitian sehingga
mendapatkan
hasil yang lebih general dan mempresentatifkan hasil  penelitian. Melakukan penelitian
dengan waktu
yang cukup dan tidak terburu-buru, agar mendapat hasil yang lebih baik dan
lebih teliti
lagi.
2.  Bagi Investor
Dalam mengambil
keputusan investasi sebaiknya investor tidak hanya memperhatikan angka laba
akuntansi atau
laba per saham yang diinformasikan, akan tetapi investor juga harus
memperhatikan
informasi
-informasi non-keuangan lainnya  (di
antaranya seperti  anggota komite audit,
anggota  dewan
komisaris, dan
KAP yang mengaudit perusahaan tertentu).
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,
Maman dan Muhidin, S.A. (2011). Panduan Praktis Memahami Penelitian (Bidang
Sosial-Administrasi-Pendidikan). Bandung: Penerbit CV. Pustaka Setia
Ajija, R
Shocrul, Sari, W Dyah, Setianto, H Rahmat dan Primanti, R Martha. (2010).  Cara Cerdas 
Menguasai Eviews. Jakarta:Salemba Empat
Azlina, Nur.
2010. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba. Pekbis Jurnal, Vol.2,
No.3.Bangun, Nurainun dan Vincent. (2008). 
Analisis Hubungan Komponen Good Corporate Governance Terhadap Earnings
Management Dengan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Tahun XII No. 03 Belkaoui, Ahmed Riahi.
(2006), Accounting Theory. Buku Satu dan Buku Dua, Edisi kelima, Jakarta :
Penerbit Salemba Empat
Boediono, Gideon
SB. (2005). Kualitas Laba :  Studi
Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan
Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo
Chtourou, et al.
(2001). "Corporate Governance and Earnings Management". Working paper
Darmawati, Deni. (2006).  Pengaruh
Karakteristik Perusahaan dan Faktor Regulasi Terhadap Kualitas Implementasi
Corporate Governance. Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX, Padang
Faisal. (2005).
“Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme   Corporate Governance”. Jurnal Riset dan
Akuntansi Indonesia. Vol. 8. No. 2, Mei: 175-190
Fernando, Elder,
R., & abdel-Meguid. (2006). Audit Firm Size, Industry Specialization,
Client Size and Cost of Capital – Information and Monitoring effects. New York:
Syracuse University Publisher
Ghozali, Imam.
(2011). “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS” edisi 3
Gujarati, D.
(2003). Basic Econometrics. McGraw-Hill Inc
Herawaty,
Vinola. (2008).  Peran Praktik Corporate
Governance Sebagai Moderating Variabel Dari Pengaruh Earnings Management
Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan No.10
Herwidayatmo.
(2000). Implementasi Good Corporate Governance Untuk Perusahaan Publik
Indonesia Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat
Indra Surya dan
Ivan Yustiavandana, (2006).  Penerapan
Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak-hak Istimewa Demi Kelangsungan
Usaha. Jakarta : Kencana
Indriastuti,
Maya. (2012).  Analisis Kualitas Auditor
dan Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan. Eksistansi (ISSN 2085-2401), Vol. IV, No. 2, Agustus 2012
Meutia, Inten.
(2004).  Pengaruh Independensi Auditor
Terhadap Manajemen Laba untuk KAP Big 5 dan Non Big 5. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia Vol. 7, No. 3, hal. 333-350
Midiastuty,
Pratana P., dan Mas. Ud Machfoedz. (2003). Analisis Hubungan Mekanisme
Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Artikel Simposium Nasional
Akuntansi (SNA) VI. Surabaya
Murhadi, Werner
R. (2009). “Studi Pengaruh Tata kelola perusahaan terhadap Praktik  Earnings Management pada Perusahaan Terdaftar
di PT. Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol. 11
no.1.
Musfiqon.
(2012). Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher
Nasution,
Marihot dan Doddy Setiawan, (2007). 
Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri
Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar
Nasution,
Marihot (2012). Peran Komite Audit dalam Manajemen Laba Perusahaan Perbankan.
Program Studi Akuntansi Politeknik Negeri Batam
Nuraini, A. dan
Sumarno Zain. (2007).  Analisis Pengaruh
Kepemilikan Institusional dan Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba. Jurnal
MAKSI Vol. 7, No. 1, hal. 19-32
Nuryaman.
(2007). “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme
Corporate
Governance
Terhadap Manajemen Laba”. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak. 23-24
Juli
Palestin, Halima
Shatila. (2008). “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktik Corporate
Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada
Bursa Efek Indonesia)”
Peraturan Nomor
IX.I.5: Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Keputusan Ketua
BAPEPAM No.
Kep-29/PM/2004. 24 September 2004 Peraturan Pencatatan Nomor I-A Tentang
Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas. Keputusan Direksi PT. Bursa
Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina
Miftahul. (2011).  Metode Penelitian
Kuantitatif: Teori dan Aplikasi.
Cetakan keenam.
Edisi 1-6. Jakarta: Rajawali Pers Pujiningsih, Andiany Indra. (2011).  Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran
Perusahaan, Praktik Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap
Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI
Tahun 2007-2009). Skripsi Universitas Diponegoro: Semarang
Rachmawati,
Andri., dan Hanung Triatmoko. (2007). 
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai
Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X : Makassar
Sanjaya, I Putu
Sugiartha. (2008).  Auditor Eksternal,
Komite Audit, dan Manajemen Laba. Jurnal Riset
Akuntansi
Indonesia. Vol.11, No.1, Hal. 97-116
Sekaran, Uma.
(2007).  Research Methods for Business
Metodologi, Penelitian Untuk Bisnis. 
Edisi 4. Jakarta: Salemba empat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar